Friday 9 May 2008

Mengenal Al Qur'an (Ma'rifatul Qur'an)

MENGENAL AL QUR'AN (MA’RIFATUL QUR’AN)
oleh : Najma Syira

A. TA’RIFUL QUR’AN (PENGERTIAN AL QUR’AN)

Pengertian Al Qur’an :
Para ulama menyebutkan definisi Qur’an adalah : “Kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam , yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.
[1] Bila di sebut nama Al Qur’an, ia mengandung beberapa haketkat seperti kalamullah, mu’jizat, diturunkan kepada hati nabi, disampaikan secara muttawir dan membacanya adalah ibadah.[2]

1. Kallamullah

Al Qur’an merupakan Kalam atau Firman Allah. Dia bukan makhluk, seperti yang diyakni oleh aliran Mu’tazilah, atau perkataan Muhammad sebagaimana yang digembar-gemborkan orientalis. Al Qur’an benar-benar diturunkan dari sisi Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam surat Naml : 6.
” Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur’an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

Kalam adalah wasilah (sarana) untuk menerangkan sesuatu berupa ilmu pengetahuan, nasihat atau berbagai kehendak, lalu memberikan perkara itu kepada orang lain. Allah bersifat dengan sifat kalam, sebagaimana Allah SWT berbicara dengan dengan Nabi Musa dan Nabi Muhammad pada malam mikraj dan Allah akan berbicara dengan banyak hamba-Nya pada hari kiamat kelak.
[3]

Yusuf Qaradhawi menyatakan bahwa seratus persen lafazh dan makna Al Qur’an bersumber dari ilahi, yang diwahyukan kepada Rosul dan Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, lewat wahyu yang jelas, dibawa turun seorang utusan dari jenis malaikat, yaitu, Jibril, kepada seorang utusan dari jenis manusia. Al-Qur;an merupakan roh Rabbani, yang dengannya akal dan hati menjadi hidup, sebagaimana ia merupakan dustur Ilahi yang mengatur kehidupan individu dan masyarakat.
[4]

Ayat-ayat Al Qur’an disusun dengan rapih dan dijelaskan secara terperinci (QS. Hud : 1) dan Al Qur’an itu telah turun dengan membawa kebenaran (QS Al Isra : 105). Ia merupakan wahyu dengan perintah dari Allah SWT kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya (An-Nahl : 2)

2. Mu’jizat

Setiap nabi yang diturunkan Allah memiliki mu’jizat sebagai tanda kenabiannya sesuai dengan jaman dan kebutuhan masyarakat waktu itu.
Mu’jizat adalah sesuatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
[5] Allah selalu menantang setiap kaum dengan sesuatu yang mereka kuasai dan mereka banggakan.[6] Mu’jizat ini ada yang bersifat empirik dan ada yang bersifat aqliah. Kebanyakan mu’jizat bani israel bersifat empirik, dan mu’jizat nabi umat Muhammad bersifat Aqliah.[7] Sebagaimana mu’jizat nabi Musa adalah tongkat yang bisa berubah menjadi ular, karena penduduk mesir dan Fir’aun penguasa mereka, sangat mengagung-agungkan sihir.
Sedangkan syariat Islam bersifat abadi dan universal, maka mu’jizatnyapun bersifat ’aqliah dan abadi agar dapat disaksikan oleh orang-orang yang mempunyai pikiran. Terbukti ribuan tahun setelah turunnya Al Qur’an, mu’jizat itu tidak berubah. Umat manusia di era milenium ini, semakin menghargai budaya intelektual , mencintai ilmu pengetahuan apakah dalam bentuk sastra, tulisan ilmiah, atau lainnya. Ini semakin membuktikan kekekalan mu’jizat Al Qur’ani yang berlaku sepanjang masa. Al Ghazali menyatakan bahwa kekalnya mu’jizat yaitu adanya kontinuitas ketidakmampuan manusia untuk membuah hal serupa.
[8] Sebagaimana Allah SWT berfirman :
”Bahkan mereka mengatakan, ’Muhammad telah membuat-buat Al Qur’an itu’. Katakanlah, ’ (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.” (QS Hud : 13)
Mu’jizat Al Qur’an mencakup banyak hal. Muhammad Quthb membaginya menjadi mu’jizat dalam hal Bayan (atau cara penyampaian), dakwah, pendidikan, syariah dan Iptek. Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat bahwa kemukjizatan Al Qur’an ada dua macam, yaitu mu’jizat yang memiliki unsur material yang dapat ditangkap indra, dan mu’jizat yang memiliki unsur sastra dan Akal. Harun Yahya menerbitkan buku dan cd/ audio-video yang membahas mu’jizat Al Qur’an dari segi ilmu pengetahuan , dan masih banyak penelitian-penelitian ilmiah di abad 19 dan 20 yang makin membuktikan mu’jizat Al Qur’an yang dulu tidak pernah diketahui sebelumnya. Berikut adalah beberapa mu’jizat Al Qur’an ditinjau dari :

Mu’jizat dari Segi Bahasa

Al Qur’an jalinan huruf-hurufnya serasi, ungkapannya indah, uslub(gaya bahasa)nya manis, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam jumlah ismiah dan fi’liah-nya, dalam nafi dan isbat-nya, dalam zikr dan harf-nya, dalam tankir dan ta’rifnya, dalam taqdim dan ta’khirnya, dalam itnab dan ijaz-nya, dalam umum dan khususnya, dalam mutlaq dan muqayyad-nya, dalam nass dan fahwa-nya, maupun dalam hal lainnya. Dal hal-hal tersebut dan yang serupa Qur’an telah mencapai puncak tertinggi yang tidak sanggup kemampuan bahasa manusia untuk menghadapinya.
[9] Al Qur’an memuat segala bentuk susunan bahasa yang terbaik, maka ia tidk bisa dikatan risalah, khithabah, sya’ir atau sajak. Ia hanya bisa dikatan Kalam Allah. [10]

Kemukjizatan Tasyri’ (perundang-undangan)

Al Qur’an memulai dengan pendidikan individu, karena individu merupakan batu-bata masyarakat, dan menegakan pendidikan individu itu di atas penyucian jiwa dan rasa pemikulan tanggung jawab. Al Qur’an menyucikan jiwa manusia dengan akidah tauhid, agar terbebas dari penghambaan terhadap makhluk, dan hanya menghamba kepada Allah SWT. Dengan perintah sholat, puasa, zakat dan haji, semuanya merupakan latihan untuk mengasah jiwa dan mengendalikan hawa nafsu.

Setelah pendidikan individu, Islam berpindah kepada pembangunan keluarga, sebagai benih dari sebuah masyarakat. Semua diatur dalam Islam bagaimana pernikahan, mendidik anak, memperlakukan istri dan banyak lagi tuntunan lainnya. Dan terakhir Islam juga memiliki sistem pemerintahan, yang mengatur masyarakat Islam, dan Al Qur’an telah menetapkan kaidah-kaidah pemerintahan Islam ini, dalam bentuk yang paling ideal dan baik, yaitu pemerintahan yang didasarkan musyawarah, persamaan dan larangan kekuasaan individual.
[11]

Kemukjizatan Ilmu Pengetahuan

Dari segi ilmiah, berikut dikutip dari karya Harun Yahya, dalam www.keajaibanalquran.com .
Bidang Astronomi


PENCIPTAAN ALAM SEMESTAKesimpulan yang dicapai oleh astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, bersamaan dengan dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada akibat suatu peristiwa ledakan raksasa yang terjadi di saat dimensi waktu belumlah ada...

MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTADalam Al Qur'an, yang diturunkan sekitar 14 abad silam, di saat ilmu astronomi masih sangat terbelakang, mengembangnya alam semesta telah dinyatakan…

PEMISAHAN LANGIT DAN BUMIKetika kita membandingkan pernyataan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan berbagai penemuan ilmiah, maka kita akan menemukan bahwa keduanya bersesuaian satu sama lain…

GARIS EDARDi masa ketika Al Qur'an diturunkan, mustahil dapat disimpulkan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar", sebagaimana dinyatakan dalam ayat…

BENTUK BULAT PLANET BUMIDi masa lalu diyakini bahwa bumi berbentuk bidang datar. Akan tetapi ayat-ayat Al Qur'an telah berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir…

ATAP YANG TERPELIHARASistem sempurna berada dan bekerja jauh di atas Bumi. Sistem ini melingkupi bumi kita dan melindunginya dari bahaya luar angkasa. Berabad-abad lalu, Allah telah memberitakan hal ini kepada kita dalam Al Qur'an…

LANGIT YANG MENGEMBALIKANAyat ke-11 dari Surat 86 dalam Al Qur'an merujuk pada fungsi "mengembalikan atau memantulkan" dari langit…



Bidang Fisika

RAHASIA BESIDalam sebuah ayat di surat 57, Allah Yang Maha Kuasa merujuk tentang pembentukan unsur besi, dan memperlihatkan keajaiban ilmiah dengan kode matematis yang dikandungnya.

PENCIPTAAN YANG BERPASANG-PASANGANKini, makna ayat Al Qur'an yang menyatakan tentang hal tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933…

RELATIVITAS WAKTURelativitas waktu dikemukakan melalui teori relativitas Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia tidak mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif...



Ilmu Bumi

LAPISAN-LAPISAN ATMOSFERKata "langit", yang muncul di banyak ayat Al Qur’an, digunakan untuk merujuk pada langit di atas Bumi, serta keseluruhan alam semesta. Dengan arti kata ini, terlihat bahwa langit Bumi, atau atmosfirnya, tersusun atas tujuh lapisan...

FUNGSI GUNUNGAl Qur’an mengarahkan perhatian manusia pada fungsi geologis sangat penting dari gunung. "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…" (QS. Al Anbiyaa’, 21:31)

ANGIN YANG MENGAWINKANDalam Al Qur’an dikemukakan bahwa tahap pertama pembentukan hujan melibatkan angin. Hingga awal abad ke-20, belumlah diketahui bahwa angin memegang peran penentu dalam pembentukan hujan...

LAUTAN YANG TIDAK BERCAMPUR SATU SAMA LAIN Para ahli kelautan baru-baru saja menemukan bahwa lautan yang ada memiliki sifat tidak dapat bercampur satu sama lain sama sekali...

KEGELAPAN DAN GELOMBANG DI DASAR LAUTTidak ada cahaya apa pun yang memasuki kedalaman 1000 meter di bawah permukaan laut. Fakta ilmiah ini dinyatakan dalam Al Qur’an surat 24 ayat ke-40 sekitar 1400 tahun yang lalu…

KADAR HUJANSatu di antara sekian informasi tentang hujan yang diberikan Al Qur’an adalah bahwa hujan diturunkan ke Bumi dengan kadar yang tepat. Kadar yang ditetapkan pada hujan ini sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern...

PEMBENTUKAN HUJANSetiap tahap pembentukan hujan disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an. Di samping itu, tahapan-tahapan ini dijelaskan persis dalam urutan yang tepat...

PERGERAKAN GUNUNGDalam Al Qur’an, Allah merujuk peristiwa bergeraknya gunung-gunung sebagai pergeseran atau perjalanan awan. Kini, para ilmuwan modern juga menggunakan istilah "Pergeseran Benua" bagi gerakan ini...

Bidang Biologi

BAGIAN OTAK YANG MENGENDALIKAN GERAK KITAPenelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan telah mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi tertentu otak, terletak di bagian depan tulang tengkorak...

KELAHIRAN MANUSIA Langit, hewan, dan tumbuhan secara bergantian disebutkan sebagai bukti-bukti keberadaan dan kekuasaan Allah bagi manusia. Dalam banyak ayat, manusia diseru untuk memalingkan perhatian mereka pada penciptaan diri mereka sendiri...

SETETES MANI Dari keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria, hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur. Sperma yang akan membuahi sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup...

CAMPURAN DALAM AIR MANI Dalam Al Qur'an, dijelaskan bahwa air mani merupakan cairan yang berupa campuran dari berbagai zat. Fakta ini telah dibenarkan oleh ilmu pengetahuan...

JENIS KELAMIN BAYI Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan secara bersama-sama oleh sel sperma pria dan sel telur wanita. Akan tetapi kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin pria atau wanita ditentukan "dari air mani, apabila dipancarkan"...

SEGUMPAL DARAH YANG MENEMPEL PADA RAHIMPada tahap awal pembentukannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu...

PEMBUNGKUSAN TULANG OLEH OTOTDinyatakan dalam sejumlah ayat Al Qur'an bahwa dalam rahim ibu, kerangka bayi terbentuk pada awalnya, dan kemudian otot-otot tumbuh dan membungkus tulang-belulang ini...

TIGA TAHAPAN BAYI DALAM RAHIMDalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu melalui proses yang terdiri atas tiga tahap...

AIR SUSU IBU Air susu ibu adalah sebuah campuran sempurna ciptaan Allah yang tak tertandingi. Air susu ini merupakan sumber makanan paling istimewa bagi bayi yang baru lahir, dan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit.

TANDA PENGENAL MANUSIA PADA SIDIK JARI Ketika dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan kembali manusia setelah kematian mereka, sidik jari manusia ditegaskan secara khusus...

Bidang Futururologi

INFORMASI MENGENAI PERISTIWA MASA DEPAN DALAM AL QUR'AN Keajaiban lain dari Al Qur'an adalah diungkapkannya sejumlah peristiwa penting yang akan terjadi di masa depan. Ayat ke-27 surat 48, misalnya, memberi kabar gembira pada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menduduki kota Mekkah, yang kala itu masih dikuasai kaum musyrikin...

KEMENANGAN BYZANTIUMSatu lagi pernyataan tentang kejadian masa depan yang diberitakan Al Qur'an dapat dijumpai di ayat pertama surat 30. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kendatipun telah mengalami kekalahan besar, Kekaisaran Bizantium dalam waktu dekat akan memperoleh kemenangan...

3. Diturunkan kepada Hati Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an :

”Dan, Sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhl-Amin (Jibril), ke dalam hati hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan Bahasa Arab yang jelas.” (QS Asy-Syuara : 192 -195)

Kisah penerimaan wahyu pertama oleh Rosulullah di Gua Hira’ mengisyratkan betapa berat urusan itu diterima sehingga beberapa kali Rasul dipeluk oleh Jibril. Proses Al Qur’an diturunkan langsung oleh Jibril kepada Rasulullah.Kemudian setiap ayat yang diturunkan dihafal oleh beliau sehingga sempurna menjadi sebuah Al Qur’an.
[12]

4. Disampaikan secara Mutawatir
Turunnya Al Qur’an
”Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Qur’an) pada malam lailatul qadar.” (QS Al-Qadr : 1)

Dalam hal ini, para ulama mempunyai dua mazhab pokok. Mazhab pertama, yaitu pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta dijadikan pegangan oleh umumnya ulama. Al Qur’an diturunkan sekaligus ke Baitul ’Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Al Qur’an diturunkan kepada Rosul kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sedangkan mazhab kedua yaitu yang diriwatkan oleh Asy-Sya’bi disebutkan bahwa pada permulaannya Al Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan. Kemudian turunnya setelah itu bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.
[13]

Metode Pengajaran Al Qur’an
Sejarah tidak selalu bersahabat dengan Kitab suci. Injil asli Nabi ‘Isa (Jesus), sebagaimana akan kita lihat kemudian, telah lenyap sejak awal clan diganti dengan karya penulis yang tidak memiliki hubungan keilmuan dengan sumber pertama; demikian pula dengan kitab perjanjian lama yang telah mengalami penderitaan begitu kronik karena tidak adanya perhatian. Hal itu sama sekali bertentangan dengan kitab Al-Qur'an yang diberkahi dengan penyebaran yang begitu cepat ke seluruh Jazirah Arab sejak kehidupan Nabi Muhammad, yang disebarkan oleh para sahabat yang secara langsung men­dapat pengajaran dari Nabi Muhammad sendiri. Adanya para huffaz memberi saksi atas kesuksesan dalam hal ini.
[14]

Rekaman dan Penulisan Al Qur’an
Menurut M.M. A’Zami, rekaman dan penulisan Al Qur’an di bagi menjadi dua periode, yaitu Periode Mekah dan Periode Madinah. Bukti penulisan pada Periode Mekah salah satunya dapat ditemukan dalam cerita masuknya Umar Bin Khatab di kitab sirah dari Ibn Hisham. Dalam cerita itu pada saat Umar pergi menemui saudara iparnya, saat itu khaba (saudara iparnya) sedang membaca surat Thaha yang ditulis di atas kulit. Begitu juga Al-Kattani mencatat bahwa sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-'Aqaba, Nab! Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan di depan mereka.

Pada Periode Madinah, penulisan Al Qur’an lebih terorganisir. Pada periode Madinah terdapat sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka adalah Abban bin Sa'id, Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu 'Abbas, Ubayy bin Ka'b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi Talib, Jahm bin Sa'd, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa'id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa'd bin ar-Rabi`, Sa'd bin `Ubada, Sa'id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, `Amir bin Fuhaira, `Abbas, `Abdullah bin al-Arqam, `Abdullah bin Abi Bakr, `Abdullah bin Rawaha, `Abdullah bin Zaid, `Abdullah bin Sa'd, 'Abdullah bin 'Abdullah, 'Abdullah bin 'Amr, 'Uthman bin 'Affan, Uqba, al­'Ala bin 'Uqba, 'All bin Abi Talib, 'Umar bin al-Khattab, 'Amr bin al-'As, Muhammad bin Maslama, Mu'adh bin Jabal, Mu'awiya, Ma'n bin 'Adi, Mu'aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan.
[15]

Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu dan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur'an. Beliau ingin agar Al-Qur'an dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan.

Kompilasi Tulisan Al Qur’an
Kompilasi tulisan Al Qur’an tidak sama dengan penulisan Al Qur’an. Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa tradisi penulisan itu telah dimulai dari awal kemunculan Islam sampai beliau wafat. Tetapi kemudian setelah beliau wafat dan adanya perang Al Yamamah pada tahun 12 Hijriah, dimana sebanyak tujuh puluh qari terbunuh. Hal itu membuat Umar bin Khatab merasa khawatir dan mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan dan membukukan Al Qur’an. Khalifah Abu Bakar memberikan penugasan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengupulkan atau mengkompilasi tulisan-tulisan Al Qur’an yang tersebar di kalangan para sahabat Zaid bin Tsabit adalah sahabat yang memiliki keunggulan dalam masalah qira’at, penulisan, pemahaman dan kecerdasan dan kehadirannnya pada pembacaan yang terakhir kali.
[16]

Tulisan Ayat Al Qur’an yang telah terkumpul diverifikasi melalui tulisan-tulisan yang memiliki tingkatan yang sama, dan juga harus dihadirkan dua orang saksi. Kemudian tulisan tersebut juga harus diverifikasi lagi dengani hafalan para sahabat yang belajar langsung dari Rosulullah. Kemudian Abu Bakr menjelajah keseluruh Madinah dan menyusunnya untuk transkripsi penulisan ke dalam satu jilid besar (master volume). Hasil kompilasi itu disebut dengan istilah Suhuf. Suhuf tersebut di simpan dalam arsip kenegaraan dibawah pengawasan Abu Bakr
[17]. Kemudian suhuf itu berpindah ke tangan Umar, dan setelah wafat, disimpan oleh Hafsah, putri dari Umar bin Khatab. [18]


Mushaf Ustmani
Pada masa khalifah Ustaman bin Affan, wilayah kekuasaan Islam sudah mencapai wilayah utara, yaitu Armenia dan Azerbaijan. Oleh karena keragaman orang yang mempelajari Qur’an, membuat banyak umat muslim yang menggunakan dialeknya masing-masing untuk belajar Al Qur’an, karena sulit secara spontan merubah dialeknya masing-masing. Adanya perselisihan tentang dialek yang digunakan dalam Al Qur’an. Sebagai akibatnya terdapat berbagai perselisihan dan kerancuan dalam menyebutkan huruf Al Qur’an di kalangan masyarakat muslim.
[19]

Sang khalifah memutuskan untuk meminjam suhuf dari Hafsah dan menyalinnya menjadi beberapa mushaf, kemudian mengirimnya ke wilayah-wilayah Islam, dan memerintahkan membakar mushaf lainnya dibakar.
[20]
Dr. MM. Al-Azami dalam bukunya History of Qur’anic Text, menjelaskan bahwa ketika Khalifah Utsman bin Affan mendengar adanya perselisihan dalam hal bacaan Al Qur’an membuatnya segera membentuk panitia sebanyak dua belas orang untuk mengumpulkan Al Qur’an secara Indipenden. Kedua belas orang itu adalah : (1) Sa'id bin al-'As bin Sa'id bin al-'As untuk dibaca ulang;" dia menambahkan (2) Nafi' bin Zubair bin `Amr bin Naufal. Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy bin Ka'b, (5) 'Abdullah bin az-Zubair, (6) 'Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7) Kathir bin Aflah. Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) ' Abdullah bin 'Abbas, dan (10) Malik bin Abi 'Amir.
12 Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) 'Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin 'Amr bin al-'As.

Utsmam bersama panitia tersebut melakukan penyusunan seluruh tulisan yang ada dari kalangan sahabat dan masyarakat. Kemudian mereka membandingkannya dengan suhuf yang ada pada Aishah. Terakhir, kompilasi tersebut dibandingkan oleh suhuf yang ada di tangan Hafsah, dan teryata tidak ada perbedaan di antara keduannya, maka Suhuf tersebut dikembalikan kepada Hafsah. Khalifah Utsman memperbanyak Mushaf tersebut dan memerintahkan untuk membakar seluruh teks-teks Qur’an lainnya, guna menghindari perselisihan.

Demikianlah Al Qur’an di hapal dan ditulis kemudian di kompilasikan oleh para Sahabat, merupakan bukti bahwa Allah SWT akan senantiasa menjaga ke otentikan isinya sampai akhir jaman, melalui orang-orang pilihan-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat Al Qur’an surat Al-Hijr, ayat 9 :
”Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr : 9)

5. Membacanya adalah Ibadah
Allah berfirman dalam Al Qur’an :
”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan shalat dan menginfakan sebagian rezeki yang Kami anugrahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak sia-sia. Agar Allah meyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Fatir : 2-30).

Dengan membaca Al Qur’an, manusia akan mendapat ganjaran dari Allah berupa pahala dan juga karunianya. Diriwayatkan oleh Aisyah r.a, Rosulullah bersabda : ”Orang yang membaca Al Qur’an sedangkan dia seorang yang mahir, maka dia akan bersama malaikat safarah yang menghitung amalan kebaikan lagi berbuat kebajikan. Siapa yang membaca Al Qur’an dalam keadaan tergagap-gagap dan sukur, maka dia akan memperoleh dua ganjaran (hadits riwayat Bukhori dan Muslim).

B. ASMAUL QUR’AN

Di dalam Al Qur’an, Allah telah menyebut Al Qur’an dengan berbgai nama. Dengan memahami nama-nama ini, akan menghapus prangsangka bahwa Al Qur’an itu tidak berbeda dengan kitab lainnya.
1. Al-Kitab
”Aliif Laam Miim. Itulah Al-Kitab. Tidak ada keraguan padanya.”
(QS Al Baqarah :2)
2. Al Huda (Petunjuk)
”Aliif Laam Miim. Itulah Al-Kitab. Tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang muttaqin” (QS. Al Baqarah : 2)
3. Furqon (Pembeda)
”Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqoon (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringantan kepada seluruh alam.” (QS Al Furqan : 1)
4. Ar Rahman
”Kami menurunkan daripada Al Qur’an itu apa yang sebagai syifa’ dan rahmat kepada orang-orang yang beriman.” (QS Al Isra’ : 82)
5. Ruh
”Demikianlah kami mewahyukan kepada engkau suatu ruh (Al Qur’an yang menghidupkan hati) dari perintah kami.”(Asy-Syura : 52)
6. As-Syifa (obat)
”Wahai manusia, telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dan menyembuhkan apa yang ada di dalam (dada) hati, serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(QS Yunus : 57)
7. Al-Haq (kebenaran)
”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu.” (QS Al Baqarah : 147)
8. Al Bayan (penerang)
”Qur’an ini adalah keterangan untuk manusia, petunjuk dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran : 138)
9. Al Muidhoh (pengajaran)
” Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an (bagi manusia) sebagai pelajaran, maka adakah orang-orang yang mau mengambil pelajaran ? (Al Qamar : 17)
10. Adzikru (pemberi peringatan)
” Sesungguhnya Kami telah turunkan Adz-Dzikra (peringatan) dan sesungguhnya Kamilah yang memeliharanya.”(QS Al Hijr : 9)
11. Busyro (berita gembira
”Dan Kami turunkan kepada engkau Kitab Qur’an untuk menerangkan segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat serta kabar gembira bagi orang-orang Islam.” (QS An Nahl : 89)

C. FUNGSI DAN TUJUAN AL QUR’AN BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Beberapa kedudukan atau fungi dari Al Qur’an, yaitu :
Kitabul Naba wal Akhbar (Kitab berita dan kabar)
Dalam Al Qur’an terdapat kabar berita tentang masa depan yaitu Yaumul Akhir, dan juga cerita-cerita masa lampau, seperti cerita nabi-nabi dan orang-orang sholeh dan juga kaum yang ingkar. Kita banyak mendapati di dalamnya tentang hal-hal yang ghoib, persoalan maut, kiamat dan kedasyatannya dan lain-lain. Berita-berita tentang masa lalu dapat digunakan sebagai ibrah, sedangkan berita tentang masa depan merupakan peringatan dan mendorong untuk lebih giat dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWt.

Kitabul Hukmi wa Syariat (Kitab hukum syariat)
Al Qur’an juga berisi hukum-hukum syariat yang harus dijalankan untuk mewujudkan kemashalatan hidup manusia di dunia dan akhirat. Al Qur’an Al Qur’an menerangkan hukum ke dalam empat sistem, yaitu ; bersikap tegas dan tidak memungkinkan adanya ijtihad, seperti sholat, zakat, puaa dan zina; Tidak berapa terang, maksudnya memungkinkan timbul perbedaan dikalangan mujtahid; perintah-perintah; dan larangan-larangan Diantra keistimewaan syariat yang disebutkan di dalam Al Qur’an, bahwa ia merupakan syariat yang mudah dan sederhana, melepaskan dair belenggu dan beban seperti yang terjadi pada umat-umat sebelumnya.
[21]
Kitabul Jihad (Kitab Jihad)
Al Qur’an menekankan beberapa persoalan penting dan salah satunya adalah masalah jihad. Al Qur’an menyeru umat muslim agar berjihad seperti menghindar dari melampaui batas, batas-batas jihad, kemulian bagi mujahidin, kecaman terhadap mereka yang tertinggal dari medan jihad, lari dari jihad, sistem jihad dan aturannya, sholat dan peperangan, peperangan dalam bulan haram, bai’ah, tawanan dan sebagainya.

Kitabut Tarbiyah (Kitab Tarbiyah)
Al Qur’an mendidik jiwa-jiwa manusia menjadi jiwa-jiwa yang mempunyai kemuliaan diri, mandiri, bebas dari penghambaan sesame makhluk, bermasyarakat, beradab dan tahu nilai-nilai murni sebagai manusia yang berperan sebagai khairu ummah.

Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
Allah memerintahkan agar manusia menerima Al Qur’an dengan tidak ragu-ragu, dan meyakini kebenarannya, sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), maka janganlah kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran itu) dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil. (QS As-Sajdah : 23).
Al Qur’an merupakan petunjuk, cahaya, tuntunan hidup manusia, yang akan menghantarkan setiap manusia dari kegelapan menuju terang, dari jahil menuju cahaya iman.

I’jaz Ilmi
Menurut Al Ghazali Ilmu-dalam artian akademis-bukanlah objek Al-Qur’an. Tetapi yang menjadi objek Al-Qur’an adalah manusia. Manusia merupakan objek formal dan ilmu merupakan objek material. Al Qur’an merupakan I’jaz ilmi karena ia menempatkan manusia ditengah etos ilmu dan membuka pintu-pintunya untuk mengkaji ilmu pengetahuan.

Al Qur’an merupakan kitab yang berisikan petunjuk bagi manusia dengan banyak bukti yang diungkapkannya. Al-Qur’an tentang alam dan manusia sejalan dengan ilmu, sebab objek ilmu adalah alam dan manusia. Maka adanya keparalelan objek tersebut sejalan antara Al Qur’an dengan ilmu.
[22]

Yusuf Qaradhawi menjelaskan tujuan dari diturunkannya Al Qur’an adalah :
§ Meluruskan aqidah dan berbagai persepsi
§ Menetapkan kemuliaan manusia dan hak-haknya.
§ Ibadah kepada Allah dan takwa kepada-Nya
§ Mensucikan (tazkiyah) jiwa manusia
§ Mmmbentuk rumah tangga yang adil terhadap wanita
§ Membangun umat yang menjadi saksi atas kehidupan manusia
§ Seruan ke alam manusia yang saling tolong menolong.
[23]


REFERENSI

Al Qur’anul Qarim
Al-Ghazali, Syaikh Muhammad, Berdialog dengan Al Qur’an, Mizan, Jakarta, 2001.
Al-Qaradhawi, Yusuf, Bagaimana Berinteraksi dengan Al Qur’an, Al Kautsar, Cetakan Ke-4, Jakarta, 2006.
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera Antarnusa, Cetakan ke-5, Jakarta, 2001.
As-Suyuthi, Imam, Apa itu Al Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 1989.
Irwan Prayitno, Makrifatul Qur’an, Departemen Kaderisasi DPP Partai Keadilan, Jakarta, 2002.
Quthb, Ahmad, Fenomena Kalam Ilahi, Jakarta, 2005.
A’zami, M. Muhammad, Sejarah Text Al Qur’an – The History of Quranic Text, e-book.
www.keajaibanalquran.com

CATATAN KAKI/ FOOTNOTE

[1] Manna ‘ Khalil al-Qattan, 2001 : 4
[2] Iwan Prayitno, 2002 : 3
[3] Ibid, hal 4
[4] Yusuf Al-Qaradhawi, 2006 :3 -4
[5] Al Qattan, 2001 : 371, demikian pula di sebutkan oleh Imam As-Suyuti.
[6] Muhammad Quthb, 2005 : x
[7] Imam As-Suyuthi, 1989 : 111
[8] Syaik Muhammad Al-Ghazali, 1999 : 176
[9] Al Qattan, 2001 : 382
[10] As-Suyuthi, 1989 : 116
[11] Al Qattan, 2001 : 394-397
[12] Prayitno, 2002 : 8
[13] Al Qattan, 2001 : 145, 147
[14] Muhammad M. Al-A’zami, e-book
[15] Al-A’Zami, ebook
[16] Al Qattan, 2001 :21
[17] Al-A’Zami
[18] Al Qattan, 2001 : 22
[19] Al-A’zami, ebook
[20] Al Qattan, 2001 : 24-25
[21] Al-Qrdhawi, 2006 : 46
[22] Al Ghazali,1999 :
[23] Al-Qaradhawi, 2006

Menghilangkan Prasangka Buruk Kepada Allah SWT

Menghilangkan Prasangka Buruk Kepada Allah SWT
Oleh : Najma Syira


“Aku berada pada sangkaan hamba-Ku tentang Aku.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Banyak diantara umat muslim saat ini yang selalu gelisah memikirkan masa depannya. Mereka merasa takut apa yang akan terjadi nanti, bagaimana nasib keluarga mereka, anak-anak mereka. Mereka berangan-angan bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa mereka, mereka menkhayalkan hal-hal negatif akan terjadi dengan mereka. Tanpa sadar mereka telah berpikir mendahului takdir dan berperasangka buruk kepada Allah SWT. Fenomena di atas sungguh mengkhawatirkan karena hal tersebut menunjukan rasa pesimis dan keimanan yang rendah terhadap Allah SWT. Padahal pikiran manusia ibarat pisau bermata dua. Tergantung bagaimana kita mengarahkannya.

Jika kita memenuhinya dengan hal-hal negatif dan buruk, maka akan terlukalah diri kita. Kita akan hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran yang tidak beralasan. Ketakutan akan menggerogoti semangat kita, lalu jika semangat kita sudah lemah, maka kita akan menjadi futur. Kita tidak akan yakin lagi kepada janji Allah SWT. Kita akan putus harapan dari rahmat Allah SWT, merasa Allah tidak memberikan jalan keluar terhadap masalahnya. Padahal sikap roja’ (pengharapan terhadap Allah) haruslah ditanamkan di dalam jiwa setiap muslim. Ketakutan (khauf) hanya diperkenankan jika hal tersebut berkaitan dengan permasalahan agama dan akhirat , itupun harus tetap seimbang dengan pengharapan terhadap Allah. Allah sangat keras terhadap permasalahan ini, bahkan Nabi Muhammad bersabda dalam salah satu haditsnya :”Janganlah sekali-sekali salah seorang di antara kalian mati melainkan dia berbaik sangka kepada Allah.

Berkenaan dengan ketakutan yang berhubungan dengan dunia dan permasalahannya, Seorang muslim tidak boleh khawatir berlebihan terhadap masalah dunia. Allah sudah mengingatkan kita bahwa dunia ini hanyalah senda gurau. Jangan cemas terhadapnya, karena dunia tidak ada apa-apanya di sisi Allah SWT.


Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’Am : 32)

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.(Al Ankabut : 64)

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan Dia tidak akan memint harta-hartamu (Muhammad : 36)


Seorang muslim hendaklah mampu mengendalikan pikirannya. Salah satu penyebab su’uzon adalah tidak mampu mengarahkan pikiran kepada hikmah, kepada hal-hal positif dibalik setiap kejadian. Menurut Harun Yahya dalam bukunya Bagaimana Seorang Muslim Berpikir, ketidakmampuan dalam mengendalikan pikiran ke arah yang baik akan mengakibatkan seorang sering kali merasa khawatir atau mengalami peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum terjadi seolah-olah telah terjadi dalam benaknya, dan terseret dalam kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan. (Harun Yahya , 2001 : 27)
Kemampuan untuk mengendalikan pikiran merupakan senjata untuk menguasai keterampilan hidup. Bahkan orang-orang non muslim giat mengadakan riset ilmiah dan mencari metode-metode efektif dalam mengendalikan pikiran, yang memiliki kekuatan dasyat.

Menurut Adi W. Gunawan, otak kita yang luar biasa mempunyai kemampuan yang lebih hebat daripada super-komputer paling canggih yang ada di muka bumi. Sampai saat ini belum ada satu pun ahli yang mampu menghitung dan menetapkan batas maksimal kemampuan otak manusia. Dari penelitian terkini mengenai jaringan otak didaptkan data yang sangat mencengangkan. Otak manusia terdiri atas 100 miliar sel otak akhti dan 900 miliar sel otak pendukung. Jumlah total satu triliun otak dapat terkoneksi dengan satu hingga 20.000 sel lainnya. Hal inimengakibatkan kemungkinan terbentuknya jaringan kabel saraf sepanjang 9.600 kilometer dan mampu memproses 30 miliar bit informasi per detik melalui jaringan saraf yang sangat kompleks, sepanjang 160.000 kilometer. Sungguh luar biasa. (Gunawan, 2005 : 30)

Di dalam otak manusia juga terdapat sebuah sistem yang disebut RAS atau Recticular Activating System. Sistem ini menghubungkan pikiran sadar dan bawah sadar yang mempunyai fungsi untuk menentukan apa yang menjadi fokus perhatian, menentukan seberapa besar tingkat intensitas perhatian, dan berapa lama perhatian itu diberikan. Sebagai contoh misalnya suatu hari seseorang baru membeli baju berwarna merah, dan ia menggunakannya hari itu. Tiba-tiba sepanjang hari orang itu melihat banyak sekali orang memakai baju berwarna merah. Hal itu bukan karena banyak orang yang berpikiran sama dengannya, tetapi karena baju baru ini ”penting” baginya, maka RAS dalam otaknya langsung tericu aktif kepada baju berwarna merah.

Jika seseorang tidak belajar mengendalikan apa yang menjadi pusat perhatiannya, maka ia tak akan bisa mengontrol dirinya, sikapnya atau perilakunya. Apabila kita menanamkan hal negatif dalam pikiran kita, maka pikiran akan terfokus pada hal-hal buruk. Jika fokus pikiran adalah hal-hal buruk, akibatnya kehidupan yang kita alami benar-benar akan menjadi buruk.

Mengendalikan pikiran kepada hal-hal yang positif dapat mendorong seseorang menjadi lebih produktif dalam melakukan amal di dunia. Pikiran manusia harus di jauhkan dari angan-angan, khayalan kosong dan hal-hal negatif karena semua itu sumbernya tidak lain adalah dari syaitan.

”dan aku (syaitan) benar-benar kan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka ....” (QS An-Nisa : 119).

Dalam Al Qur’an Allah memerintahkan manusia untuk memikirkan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat. Mengarahkan pikiran untuk memikirkan sesuatu yang diperintahkan dalam Al Qur’an dapat mencegah manusia memikirkan hal-hal yang buruk yang berujung kepada perasangka buruk kepada Allah SWT. Menurut Harun Yahya, Al Qur’an menyebutkan beberapa hal yang dianjurkan untuk dipikirkan oleh manusia :

Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang penciptaan alam semesta. (QS Al-Baqarah : 164)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan sifat kehidupan manusia yang sementara. (QS Yunus : 24, Al Baqarah : 226)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat yang mereka milki. (QS Ar-Ra’ad : 3-4)
Allah mengajak manusia untuk berpikir bahwa seluruh alam semesta telah diciptakan untuk manusia. (QS Al-Jaatsiyah : 13, QS An-Nahl, 11-17, Qaaf : 6-8)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang dirinya sendiri. (QS Ar-Ruum : 8)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang akhlak yang baik. (QS Al An’aam : 152, An-Nahl : 90, An-Nuur, 24-27)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang akhirat, hari kiamat dan hari penghisaban. (QS Ali Imran : 30, Shaad : 45-46, Muhammad : 18, Al-Qashas : 70)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan makhluk hidup yang Dia ciptakan. (QS An-Nahl, 68-69)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan adzab yang dapat secara tiba-tiba menimpanya. (QS Al-An’aam : 40/46/47, Yunus : 50, At-Taubah : 129, Al-Qashas : 43, Al-Qamar : 51, Al-A’raf : 130)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang Al Qur’an.(QS An-Nisa : 82, Al-Mu’minun : 68, Shaad : 29, Ad-Dukhan : 58, Al-Muddatsir : 54-55, Thaha : 113)
Rasul-rasul Allah mengajak umatnya yang kurang dalam hal pemahaman untuk berpikir. (QS Al-An’aam : 50/ 80)
Allah mengajak manusia berpikir untuk melawan pengaruh syaitan. (QS Al’A’raf : 200-202)
Perintah Allah untuk mengarahkan orang yang diberi penjelasan tentang ajaran agama agar berpikir secara mendalam. (QS Thaha : 42-44)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang kematian dan mimpi. (QS Az-Zumar, 42).

Terakhir, untuk menghilangkan prasangka buruk kepada Allah SWT, ada baiknya kita menyimak pesan di bawah ini :
”Berbaik sangka kepada Allah adalah amalan dan ibadah hati yang sangat mulia, tidak sempurna iman seorang hamba kecuali dengannya. Karena prasangka baik adalah bentuk kemurnian tauhid dan kewajiban yan mesti ada di dalamnya... Tidak ada kedamaian hati yang dimiliki seorang hamba, tidak pula kebahagian jiwa yang bisa ia rasakan dalam kehidupan ini melebihi baik sangka. Karena dengan berbaik sangka, ia telah membebaskan dirinya dari gangguan pikiran yang membebani jiwanya, mengotori hati, dan membuat lelah fisiknya.” (Majalah Tarbawi, 2008 : 15-16)


REFERENSI

Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono, Manage Your Mind for Success, Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2005.
Harun Yahya, Bagaimana Seorang Muslim Berfikir (Deep Thinking), Rabbani Press, Jakarta, 2001.
Ibnu Qudamah, Minhajl Qashidin (Jalan orang-orang yang mendapat petunjuk), Cetakan ketiga belas, Pustaka Al Kautsar, Jakarta : 2007.
Majalah Tarbawi Edisi 175 Th. 9 Rabi’ul Awwal 1429 H/ 13 Maret 2008 M.