By : Najma Syira
Islam stands for harmony and perfectibility with an unmatched depth and breadth of scope that comprises all aspects of spirit and life. In knows all the roads that lead to blessing and happiness. It has the cure for human ills, individual and social, and makes them as plain as the wit of man can devise or comprehend. It sets our to develop all sides of each person .(Lari, 2000 : 52)
Islam merupakan agama sempurna yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW. Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki karakteristik yang tidak dimiliki agama-agama lainnya. Salah satu karakteristik yang dimiliki oleh agama Islam adalah Insaniah. Menurut ulama besar Yusuf Al Qadhawi, Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Seorang ulama besar mesir lainnya, Muhammad Al Ghazali dalam bukunya “Menjadi Muslim Ideal” mengatakan dan menyerukan kepada mereka yang tidak mengenal Islam dan mereka yang sempit dalam memahamiya bahwa Islam adalah agama dien fitrah. Beliau menuturkan lebih lanjut bahwa agama Islam sangat variatif dalam setiap sendi kehidupan manusia yaitu seruan menuju perilaku kehidupan yang lurus dan arah pemikiran yang benar, dan petunjuk-petunjuknya yang tetap berupa kaidah yang bergerak dalam mengarahkan jiwa menuju kesempurnaan dari kebimbangan. (2003 :1)
Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia yang tidak mengetahui.” (QS 30 : 30)
Islam adalah ajaran fitrah di mana Nabi Muhammad diutus untuk menjelaskan ajaran kebenaran-Nya dan memperlihatkan tuntunan-Nya, serta mengembalikan manusia kepada jalan yang lurus setelah manusia dikuasai oleh bujuk rayu setan. (Ghazali, 2003 : 14). Sedangkan pengertian fitrah sendiri adalah kejadian asli, ciptan, tabi’I (alamiah), dan bukan berarti agama. Islam juga disebut agama fitrah karena agama ini merupakan ciptaan Allah, sebagai agama yang asli diturunkan oleh Allah kepada manusia, dan Dia tidak pernah menurunkan agama lain selain Islam (Kaelany, 2006 : 42)
Mengapa sifat insaniah mendapatkan perhatian yang besar dalam pembahasan karakteristik agama Islam ? Jawabannya adalah karena manusia merupakan makhluk yang unik. Dia adalah subyek sekaligus obyek dari pengkajian agama itu sendiri. Hasil pengamatan yang mendalam dan terstruktur sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan itu kemudian menempatkan manusia dalam berbagai teori, sangat tergantung dari sudut pandang mana orang melihatnya. Aliran psikoanalisis memandang manusia sebagai homo volens atau manusia yang selalu digerakan oleh keiginan-keinginan; aliran behaviorisme melihat manusia sebagai homo mechanicus karena ia degerakan semaunya oleh lingkungan. Aliran kognitif lebih melihat manusia sebagai homo sapiens, yaitu makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimannya. Sedangkan aliran humanism, yang lebih anyar dari aliran-aliran tadi memandang manusia sebagai homo ludens, yaitu sebagai pelaku aktif dalam merumuskan starategi transaksional dengan lingkungannya. Informasi profetik, dalam hal in wahyu Al Qur’an, juga mempunyai konsepsi tentang manusia. Manusia adalah homo theophani atau makhluk berketuhanan yang harus selalu mempresentasikan kehendak Tuhan di bumi, dikenal dengan istilah khalifah Allah fi al-ardh (Hude, 2006 : 2)
Sebagai makhluk yang mengemban amanah Tuhan, maka manusia terikat oleh aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta dirinya. Dia juga terikat sunatullah atau aturan-aturan yang terdapat pada alam semesta. Jika manusia hidup tidak sejalan dengan aturan-aturan tersebut maka manusia akan mengalami kehancuran secara fisik atau mental. Islam tidak hanya mengatur manusia sebagai makhluk fisik, tetapi juga sebagai makhluk spiritual. Gelombang sekularisme di barat, yang juga telah menyapu negara-negara Islam, ternyata hanya menjadikan manusia sebagai robot-robot tanpa ruh yang bergerak untuk memuaskan nafsu fisiknya semata. Tak heran manusia modern abad ini, banyak yang mengalami goncangan goncangan kejiwaan akibat dari diabaikannya sisi spiritualitas mereka. Padahal menurut Fathudin Ja’far, bagian non-fisik yang ada alam diri adalah yang sangat menentukan warna dan gaya kehidupan manusia khususnya terkait perilaku dan kultur. Aggota tubuh atau bagian fisik hanya merupakan wadah dan alat untuk mengimplementasi kehendak, keinginan dan kecendrungan bagian non-fisik. Oleh sebab itu, dalam berinteraksi dengannya haruslah dengan sistem dan mekanisme yang sesuai dengan apa yang telah diciptakan Tuhan Penciptanya. Kalau tidak, kemungkinan kesalahan dalam treatment-nya dan mengoperasikannya sangatlah besar. “,(2007 :44).
Islam menjamin sistem dan mekanisme itu bekerja dengan baik dalam diri manusia. Karakteristik agama Islam terbukti sesuai dengan fitrah penciptaan manusia, artinya tidak ada satupun ajaran Islam yang tidak bisa diaplikasikan dalam kehidupa sebenarnya. Islam bukanlah konsep yang mengawang-awang tetapi ajaran islam yang detail dan membumi, membuat agama ini sesuai dengan kondisi manusia dari fisik maupun non fisik. Islam tidak mengajarkan hal-hal yang menentang fitrah manusia seperti yang diajarkan oleh agama Kristen dengan sistem kerabian. Dengan Islam maka akan dihasilkan manusia-manusia yang hidup sejalan dengan firtrahnya. Menurut Al Ghazali, manusia dengan fitrah, akan bisa mengetahui kebenaran, maka ia pun akan mudah melihat perkara yang halal dan haram dengan jelas.
Selain sebagai agama fitrah, Islam juga merupakan agama yang jelas. Fitrah yang sempurna dan sejati, dan kejelasan yang tidak membuat akal megalami kesulitan untuk memahami ajaran-ajarannya. Karena itu Islam berbicara kepada akal, hati dan intuisi secara bersamaan. Di dalam islam tidak ada misteri-misteri Kristen (seperti misteri trinitas serta misteri pengorbanan dan perubahannya menjadi daging dan darah Yesus), yakni misteri yang tak ada seorang pun di antara tokoh-tokoh agama itu sendiri yang sanggup mengetahuinya secara rasional dan benar. Ide “perantara” atau mediasi antara Allah dengan hamba-hamba-Nya dalam agama Kristen, merupakan ide yang tidak dapat diterima akal. Allah-lah yang mengetahui setiap jiwa, tiada tabir yang membatasi antara Dia engan seseorang makhluk-Nya. Konsep Islam memandang bahwa setiap orang berhak berhubungan lansung dengan Allah melalui akal dan mengaturkan harapan Kepada-Nya tanpa perantara seorang tokoh agama. (Musa, 1988 : 25) Lebih lanjut Musa menjelaskan bahwa berkat Islam sebagai agama fitrah dan semua akidah dan ibadah yang diajararkannya masuk akal, jelas dan tidak kesulitan untuk memahaminya, agama yang penuh toleran itu tidak mengalami banyak goncangaan hebat seperti yang dialami agama Kristen karena mengandung kepercayaan dan misteri-misteri yang tidak bisa diketahui akal. (1988 : 28).
Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku sangat dekat dengan mereka. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku.” (QS Al Baqarah : 186)
Ketika manusia berjalan dengan cahaya Islam yang sesuai dengan fitrah, maka inilah kata putus yang telah diberikan Islam, jelas dan terang, suara yang berkumandang, membukakan bagi kita jalan keselamatan, membuatkan peta menuju kepada perdamaian bagi seluruh umat manusia, suatu perdamaian yang sempurna yang mencakup seluruh umat manusia, perdamaian yang bebas dari kedurhakaan , kebinasaan dan permusuhan. Islam adalah kekuatan pembebas, yang bergerak di atas dunia untuk membebaskan manusia dari rantai yang membelenggu mereka, dan memberikan kepada mereka kebebsan, cahaya dan kehormatan diri, tanpa menimbulkan suatu kefanatikan agama. (Sayid Quthb, 1987 :282).
DAFTAR PUSTAKA
Al Ghazaly, Muhammad, 2003, Menjadi Muslim Ideal, Meletakkan Islam sebagai Petunjuk dan Penerang Kehidupan, Srigunting, Jakarta.
Al-Qardhawi, Yusuf, 1997, Pengantar Kajian Islam, Studi Analistik Komprehensif tentang Pilar-pilar Substansi, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.
Fathuddin Ja’far, 2007, SEI Empowerment (Spiritual, Emotional and Intellectual Empowerment), Road to The Great Success, Cetakan Kedua, Spiritual Learning Center, Depok.
Hude, M. Darwis, 2006, Emosi, Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al Qur’an, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kaelani, HD, 2006, Islam Agama Universal, Midada Rahma Press, Jakarta.
lari, Sayid Mujtaba Musawi , 2000, Western Civilization Through Muslim Eyes, Foundation of Islamic C.P.W, Iran.
Musa, Muhammad Yusuf, 1988, Islam, Suatu Kajian Komprehensif, CV Rajawali, Jakarta.
Quthb, Sayid, 1987, Beberapa Studi Tentang Islam, Media Da’wah, Jakarta.