Friday 9 May 2008

Menghilangkan Prasangka Buruk Kepada Allah SWT

Menghilangkan Prasangka Buruk Kepada Allah SWT
Oleh : Najma Syira


“Aku berada pada sangkaan hamba-Ku tentang Aku.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Banyak diantara umat muslim saat ini yang selalu gelisah memikirkan masa depannya. Mereka merasa takut apa yang akan terjadi nanti, bagaimana nasib keluarga mereka, anak-anak mereka. Mereka berangan-angan bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa mereka, mereka menkhayalkan hal-hal negatif akan terjadi dengan mereka. Tanpa sadar mereka telah berpikir mendahului takdir dan berperasangka buruk kepada Allah SWT. Fenomena di atas sungguh mengkhawatirkan karena hal tersebut menunjukan rasa pesimis dan keimanan yang rendah terhadap Allah SWT. Padahal pikiran manusia ibarat pisau bermata dua. Tergantung bagaimana kita mengarahkannya.

Jika kita memenuhinya dengan hal-hal negatif dan buruk, maka akan terlukalah diri kita. Kita akan hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran yang tidak beralasan. Ketakutan akan menggerogoti semangat kita, lalu jika semangat kita sudah lemah, maka kita akan menjadi futur. Kita tidak akan yakin lagi kepada janji Allah SWT. Kita akan putus harapan dari rahmat Allah SWT, merasa Allah tidak memberikan jalan keluar terhadap masalahnya. Padahal sikap roja’ (pengharapan terhadap Allah) haruslah ditanamkan di dalam jiwa setiap muslim. Ketakutan (khauf) hanya diperkenankan jika hal tersebut berkaitan dengan permasalahan agama dan akhirat , itupun harus tetap seimbang dengan pengharapan terhadap Allah. Allah sangat keras terhadap permasalahan ini, bahkan Nabi Muhammad bersabda dalam salah satu haditsnya :”Janganlah sekali-sekali salah seorang di antara kalian mati melainkan dia berbaik sangka kepada Allah.

Berkenaan dengan ketakutan yang berhubungan dengan dunia dan permasalahannya, Seorang muslim tidak boleh khawatir berlebihan terhadap masalah dunia. Allah sudah mengingatkan kita bahwa dunia ini hanyalah senda gurau. Jangan cemas terhadapnya, karena dunia tidak ada apa-apanya di sisi Allah SWT.


Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’Am : 32)

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.(Al Ankabut : 64)

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan Dia tidak akan memint harta-hartamu (Muhammad : 36)


Seorang muslim hendaklah mampu mengendalikan pikirannya. Salah satu penyebab su’uzon adalah tidak mampu mengarahkan pikiran kepada hikmah, kepada hal-hal positif dibalik setiap kejadian. Menurut Harun Yahya dalam bukunya Bagaimana Seorang Muslim Berpikir, ketidakmampuan dalam mengendalikan pikiran ke arah yang baik akan mengakibatkan seorang sering kali merasa khawatir atau mengalami peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum terjadi seolah-olah telah terjadi dalam benaknya, dan terseret dalam kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan. (Harun Yahya , 2001 : 27)
Kemampuan untuk mengendalikan pikiran merupakan senjata untuk menguasai keterampilan hidup. Bahkan orang-orang non muslim giat mengadakan riset ilmiah dan mencari metode-metode efektif dalam mengendalikan pikiran, yang memiliki kekuatan dasyat.

Menurut Adi W. Gunawan, otak kita yang luar biasa mempunyai kemampuan yang lebih hebat daripada super-komputer paling canggih yang ada di muka bumi. Sampai saat ini belum ada satu pun ahli yang mampu menghitung dan menetapkan batas maksimal kemampuan otak manusia. Dari penelitian terkini mengenai jaringan otak didaptkan data yang sangat mencengangkan. Otak manusia terdiri atas 100 miliar sel otak akhti dan 900 miliar sel otak pendukung. Jumlah total satu triliun otak dapat terkoneksi dengan satu hingga 20.000 sel lainnya. Hal inimengakibatkan kemungkinan terbentuknya jaringan kabel saraf sepanjang 9.600 kilometer dan mampu memproses 30 miliar bit informasi per detik melalui jaringan saraf yang sangat kompleks, sepanjang 160.000 kilometer. Sungguh luar biasa. (Gunawan, 2005 : 30)

Di dalam otak manusia juga terdapat sebuah sistem yang disebut RAS atau Recticular Activating System. Sistem ini menghubungkan pikiran sadar dan bawah sadar yang mempunyai fungsi untuk menentukan apa yang menjadi fokus perhatian, menentukan seberapa besar tingkat intensitas perhatian, dan berapa lama perhatian itu diberikan. Sebagai contoh misalnya suatu hari seseorang baru membeli baju berwarna merah, dan ia menggunakannya hari itu. Tiba-tiba sepanjang hari orang itu melihat banyak sekali orang memakai baju berwarna merah. Hal itu bukan karena banyak orang yang berpikiran sama dengannya, tetapi karena baju baru ini ”penting” baginya, maka RAS dalam otaknya langsung tericu aktif kepada baju berwarna merah.

Jika seseorang tidak belajar mengendalikan apa yang menjadi pusat perhatiannya, maka ia tak akan bisa mengontrol dirinya, sikapnya atau perilakunya. Apabila kita menanamkan hal negatif dalam pikiran kita, maka pikiran akan terfokus pada hal-hal buruk. Jika fokus pikiran adalah hal-hal buruk, akibatnya kehidupan yang kita alami benar-benar akan menjadi buruk.

Mengendalikan pikiran kepada hal-hal yang positif dapat mendorong seseorang menjadi lebih produktif dalam melakukan amal di dunia. Pikiran manusia harus di jauhkan dari angan-angan, khayalan kosong dan hal-hal negatif karena semua itu sumbernya tidak lain adalah dari syaitan.

”dan aku (syaitan) benar-benar kan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka ....” (QS An-Nisa : 119).

Dalam Al Qur’an Allah memerintahkan manusia untuk memikirkan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat. Mengarahkan pikiran untuk memikirkan sesuatu yang diperintahkan dalam Al Qur’an dapat mencegah manusia memikirkan hal-hal yang buruk yang berujung kepada perasangka buruk kepada Allah SWT. Menurut Harun Yahya, Al Qur’an menyebutkan beberapa hal yang dianjurkan untuk dipikirkan oleh manusia :

Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang penciptaan alam semesta. (QS Al-Baqarah : 164)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan sifat kehidupan manusia yang sementara. (QS Yunus : 24, Al Baqarah : 226)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat yang mereka milki. (QS Ar-Ra’ad : 3-4)
Allah mengajak manusia untuk berpikir bahwa seluruh alam semesta telah diciptakan untuk manusia. (QS Al-Jaatsiyah : 13, QS An-Nahl, 11-17, Qaaf : 6-8)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang dirinya sendiri. (QS Ar-Ruum : 8)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang akhlak yang baik. (QS Al An’aam : 152, An-Nahl : 90, An-Nuur, 24-27)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang akhirat, hari kiamat dan hari penghisaban. (QS Ali Imran : 30, Shaad : 45-46, Muhammad : 18, Al-Qashas : 70)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan makhluk hidup yang Dia ciptakan. (QS An-Nahl, 68-69)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan adzab yang dapat secara tiba-tiba menimpanya. (QS Al-An’aam : 40/46/47, Yunus : 50, At-Taubah : 129, Al-Qashas : 43, Al-Qamar : 51, Al-A’raf : 130)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang Al Qur’an.(QS An-Nisa : 82, Al-Mu’minun : 68, Shaad : 29, Ad-Dukhan : 58, Al-Muddatsir : 54-55, Thaha : 113)
Rasul-rasul Allah mengajak umatnya yang kurang dalam hal pemahaman untuk berpikir. (QS Al-An’aam : 50/ 80)
Allah mengajak manusia berpikir untuk melawan pengaruh syaitan. (QS Al’A’raf : 200-202)
Perintah Allah untuk mengarahkan orang yang diberi penjelasan tentang ajaran agama agar berpikir secara mendalam. (QS Thaha : 42-44)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang kematian dan mimpi. (QS Az-Zumar, 42).

Terakhir, untuk menghilangkan prasangka buruk kepada Allah SWT, ada baiknya kita menyimak pesan di bawah ini :
”Berbaik sangka kepada Allah adalah amalan dan ibadah hati yang sangat mulia, tidak sempurna iman seorang hamba kecuali dengannya. Karena prasangka baik adalah bentuk kemurnian tauhid dan kewajiban yan mesti ada di dalamnya... Tidak ada kedamaian hati yang dimiliki seorang hamba, tidak pula kebahagian jiwa yang bisa ia rasakan dalam kehidupan ini melebihi baik sangka. Karena dengan berbaik sangka, ia telah membebaskan dirinya dari gangguan pikiran yang membebani jiwanya, mengotori hati, dan membuat lelah fisiknya.” (Majalah Tarbawi, 2008 : 15-16)


REFERENSI

Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono, Manage Your Mind for Success, Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2005.
Harun Yahya, Bagaimana Seorang Muslim Berfikir (Deep Thinking), Rabbani Press, Jakarta, 2001.
Ibnu Qudamah, Minhajl Qashidin (Jalan orang-orang yang mendapat petunjuk), Cetakan ketiga belas, Pustaka Al Kautsar, Jakarta : 2007.
Majalah Tarbawi Edisi 175 Th. 9 Rabi’ul Awwal 1429 H/ 13 Maret 2008 M.

No comments: